Rabu, 24 Desember 2014

Kemo ke 3, ujian keikhlasan menjalani hidup (bagian ke 8)


Jika ingin mengikuti dari awal silahkan baca tulisan sebelumnya :

Kalo di akhir cerita sebelumnya saya bilang kembali "normal" bukan berarti normal seperti orang sehat kebanyakan. Normalnya orang dikemo adalah mulai bisa makan dan sedikit beraktifitas sudah sangat bersyukur.


Tantangan kemo ke tiga ini memang luar biasa. Kalo menengok ke belakang betapa panjang perjuangan ini, sesuai sinyal yang diberikan dokter sebelumnya, setelah kemo ketiga masih ada 3 kali kemo lagi yang harus dijalani, belum lagi sinar sebanyak 35 kali berturut turut. 

Setiap kali melihat istri yang bersemangat merawat saya dan anak-anak dengan tingkah polahnya, menjadi vitamin untuk terus berjuang. Sudah mulai sedikit pilihan makanan yang bisa masuk ke mulut. Rasanya semua makanan terasa hambar. 

Disisi lain kerasnya obat membuat kineja ginjal mulai melemah. Indikatornya jelas tergambar dari lab darah setiap minggu. Banyak teman teman seperjuangan yang harus tertunda proses kemonya karena masalah ini. Bahkan ada yang harus melakukan tranfusi darah. Beruntung saya walaupun turun tp masih tidak terlampau jauh dari standar minimum. Setidaknya sejauh ini proses pengobatan tidak ada yang meleset dari jadwal.

Walaupun tinggal tidak jauh dari Jakarta (di Bekasi) perjalanan dari rumah ke RS Dharmais dibutuhkan perjuangan tersendiri. Waktu tempuhnya bisa sampai 3 jam perjalanan. Rasanya seperti mau ke Bandung.

Beruntung sekali mempunyai tetangga baik hati. Disaat badan lemah, mereka mau meluangkan waktu untuk mengantar ke rumah sakit. Sekali dua kali gak papa tapi lama lama gak enak juga. Akhirnya saya putuskan menggunakan sopir part time hasil rekomendasi kakak ipar saya.

Hari demi hari cerita penderitaan berulang seperti kemo kemo sebelumnya. Hari terasa semakin lama, waktu seperti bergerak lambat. Tidak banyak aktifitas yang dilakukan setiap hari. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk berbaring, sesekali saja keluar rumah untuk menikmati sentuhan sang mentari pagi. Aktifitas favoritku menulis di blog terhenti sama sekali.

Kontrol minggu pertama pasca kemo. Kabar baik datang dari dokter. Dari pemeriksaan visual setelah menjalani tiga kali kemo hasilnya cukup baik. Karkernya masih ada memang tapi setidaknya ukurannya sudah berkurang.

Makanya Dokter Kemoterapi memberikan pengantar untuk kosultasi kembali ke dokter radiologi yang menjadi timnya. Menurut penjelasan Doter Kemoterapi metode pengobatannya dirubah dari kemoterapi dengan interval 3 minggu menjadi kombinasi antara kemoterapi dan sinar radiologi. Setiap sinar 5 kali akan dilakukan kemoterapi. Dengan menjalani sinar 35 kali maka akan diselingi kemoterapi sebanyak 6 kali. Karena dibarengi sinar radiologi maka dosis dari kemoteri akan dikurangi.

Khusus untuk radioterapi memang dibutuhkan biaya yang cukup besar, karena pihak rumah sakit menerapkan sistim paket. Sekilas sudah terbayang biaya yang harus dibayar untuk itu sekitar 30 hingga 60 juta tergantung kelas yang akan digunakan.

Dengan menggunakan metode radio kemo ini, belum terbayang seperti apa efek ke badan ini. yang jelas menurut cerita dari beberapa penderita kanker nasofaring, efek dari sinar akan lebih berat dirasakan penderita kanker nasofaring dibanding dengan penderita kanker lain. Apalagi masih ditambah kemoterapi seminggu sekali.... 

Mereka hanya mengingatkan untuk menjaga kondisi jangan sampai drop, karena sekali drop jadwal pengobatan akan berantakan, proses pengobatan juga menjadi tidak maksimal yang unjungnya akan ditambah lagi jadwal kemo atau sinarnya.

Yah sudahlah daripada membayangkan yang gak-gak dijalani saja prosesnya biarlah..... mengalir seperti air....

Butuh sebuah keikhlasan untuk bisa menjalani proses pengobatan ini .... semoga Allah meridhoi... Aamiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar